ANALISIS FAKTOR – HANS J. EYSENCK



Nurul Khikmah (19310410064)

Psikologi Kepribadian II

Dosen Pengampu: Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi., MA


      Hans J. Eysenck dilahirkan di Berlin, Jerman pada tahun 1916, dan disana pulalah awal dia mendapatkan pendidikannya. Kedua orangtuanya adalah selebritis dan berharap bahwa Eysecnck dapat mengikuti jejak kedua orangtuanya. Pada umur 2 tahun dia terpaksa di asuh oleh neneknya karena kedua orangtuanya bercerai. Pada tahun 1934, karena gerakan NAZI dia meninggalkan Jerman dan pindah ke Inggris. Disinilah dia melanjutkan studinya, dan pada tahun 1940 dia berhasil memperoleh gelar Ph.D dalam psikologi di Universitas London.

Hierarki Faktor-Faktor Pengorganisasian Perilaku

Kepribadian sebagai organisasi tingkahlaku oleh Eysenck dipandang memiliki empat tingkatan hierarkis, berturut-turut dari hierarki yang tinggi ke hierarki yang rendah: tipe-traits-habit-respon spesifik.

1. Hirarki tertinggi : Tipe, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.

2. Hirarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.

3. Hirarki ketiga : kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/fikiran yang muncul kembali nuntuk merespon kejadian yang mirip.

4. Hirarki terendah : Respon spesifik, tingkah laku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.

Dimensi Kepribadian Hans J Eysenck

1. Psikotisme

Awalnya, teori Eysenck tentang kepribadian didasarkan hanya kepada dua dimensi kepribadian-ekstraversi dan neurotisme. Setelah beberapa tahun menganggap psikotisme (P) sebagai faktor kepribadian sendiri, Eysenck akhirnya menaikannya ke posisi yang sama dengan E dan N (Eysenck & Eysenck, 1976). Seperti ekstraversi dan neurotisme, P adalah faktor yang bersifat bipolar, dimana psikotisme berada di satu kutubnya dan superego di kutub yang lain.

Eysenck (1994, hlm. 20) berhipotesis bahwa manusia yang tinggi psikotismenya memiliki “predisposisi yang tingggi untuk menjadi stres dan mengembangkan gangguan psikotik”.  Menurut Eysenck (1994b, 1994c) semakin tinggi skor psikotisme, semakin rendah tingkat stres yang dibutuhkan untuk mengundang reaksi psikotik.

2. Ekstraversi

Konsep Eysenck tentang ekstraversi dan introversi sebaliknya, lebih dekat dengan pengertian populer. Ekstraversi terutama dicirikan oleh perasaan sosial dan keimplusifan namun oleh juga rasa humor, kegairahan hidup, kepekaan terhadap hal-hal yang lucu, optimisme, dan sifat-sifat lain yang mengindikasikan penghargaan terhadap hubungan dengan sesamanya (Eysenck & Eysenck, 1969). Sedangkan pribadi introvert dicirikan oleh sifat yang sebaliknya.

Menurut (Eysenck, 1982), perbedaan ekstraversi dan intraversi bukanlah pada aspek behavioral, melainkan lebih pada tartaran biologis dan genetik. Eysenck (1997a) yakin bahwa sebab utama perbedaan antara  ekstraversi dan intraversi berada di tingkat stimulasi kulit otak, sebuah kondisi fisiologis yang diwarisi bukannya dipelajari. Karena pribadi ekstrover memiliki tingkat stimulasi kulit otak lebih rendah ketimbang pribadi introver, mereka memliki ambang indrawi lebih rendah mengalami reaksi lebih besar terhadap stimulasi indrawi.

3. Neurotisme

Superfaktor yang disarikan Eysenck adalah neurotisme/stabilitas. Seperti ektraversi dan introversi, faktor N memiliki komponen bawaan yang kuat. Orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya meningkat. Namun  neurotisme itu bukan neurosis dalam pengertian yang umum. Orang bisa saja mendapat skor neurotisisme yang tinggi tetapi tetap bebas dari simptom-simptom gangguan psikologis. Menurut Eysenck, skor neurotisisme mengikuti model stres-diatesis (diathesis-stress model); yakni skor N yang tinggi lebih rentan untuk terdorong mengembangkan gangguan neurotik dibandingkan skor N yang rendah, ketika menghadapi situasi yang menekan.

 

Referensi :

Theory of personality (Feist J Feist)

Psikologi kepribadian (Drs. Sumandi Suryabrata) raja grafindo persada 2005


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI STIMULUS-RESPON, JOHN DOLLARD DAN NEAL E. MILLER

TEORI KEPRIBADIAN RAYMOND B CATTELL

TEORI SOSIAL LEARNING, WALTER MISCHEL DAN MARTIN SELIGMAN